Halaman

Sejarah Penghapusannya Hukum Taurat

Taurat הָרֹוּת, Atau biasa yang di kenal Torah Moses,הֶׁשֹמ Mošé Nabi Musa As, Adalah Salah satu kitab suci Perjanjian lama yang di kembangkan Nabi musa kepada umatnya yaitu israel.
Diantaranya
-Kitab Kejadian , (Genesis beresyit (תישארב), )
- Kitab Keluaran , (Exodus syemot (תומש),
- Kitab Imamat ,(Leviticus wayyikra (ארקיו),
- Kitab Bilangan ,(Numerii, bemidbar (רבדמב)
- Dan Kitab Ulangan,(Deuteronomium,debarim (םירבד) Yang kemudian dibagi dalam dua bagian. Bagian keduanya disebut Perjanjian Baru (PB),Diantaranya yang terdapat dalam Injil - injil Kanonik Markus Lukas Matius Dan Johanes..

Di Sini Penulis Tidak Akan Bertele-tele untuk menganalisis satu persatu tentang Kebobrokan serta kerancuan Penulis Bible yang kemudian di jadikan standar keimanan para pengikutnya tanpa perlu mengalisi terlebih dahulu..
Tetapi Disini Penulis akan sajikan fakta seputar peniadaan Hukum Taurat yang di tiadakan oleh Paulus.

Pernahkah kita berfikir Mengapa hukum taurat mesti Di tiadakan oleh paulus ?

Apakah Jesus pernah memerintahkan untuk meniadakan Hukum Taurat kepada murid-muridnya dan para penerusnya?

Pertanyaan Ini yang jarang diketahui oleh orang.
Bahwa Paulus menghapuskan hukum Taurat adalah karena persaingan. Jika dia mengkhotbahkan ajaran Penyembah berhala murni, dia tidak akan mendapat sambutan dari kalangan para penyembah berhala, karena mereka sendiri sudah tidak terlalu tertarik kepada ajaran mereka. Dibandingkan dengan agama Yahudi, ajaran Penyembah berhala dianggap lebih rendah, apalagi karena mereka tidak memiliki kitab suci sebagaimana pengikut agama Yahudi yang menganggap bahwa Kitab Taurat adalah satu-satunya Kitab Suci yang diwahyukan Allah kepada Rasulnya di dunia.

Sementara bagi Paulus untuk mengkhotbahkan Reformasi Yahudi sebagaimana yang diajarkan murid-murid Yesus, dia tidak diterima, karena fahamnya dianggap tercemar oleh ajaran penyembah berhala. Inilah yang mendorong Paulus menciptakan agama Kristen untuk merebut para penyembah berhala di kerajaan Romawi dengan menghapuskan hukum Taurat yang selama ini menjadi penghambat orang-orang Romawi untuk menganut agama Yahudi. Dalam agama Kristennya, Paulus sekaligus mengganti Kristus-Kristus para penyembah berhala yang sudah uzur dengan Kristus Yesus, yang cerita kematian dan kebangkitannya masih segar di kepala Paulus. Kecerdikan Paulus ini diterangkan oleh Frank Thielman dalam bukunya Paul and the Law, hal 35:

"Paul's argument against the law: he was convinced that salvation could not come by means of the law because if it did, (I) Gentiles would be excluded and (2) Christ's death would be in vain"

(Alasan Paulus untuk menghapus hukum Taurat: dia percaya bahwa keselamatan tidak akan tercapai dengan mentaati hukum Taurat karena kalau demikian, (1) Orang-orang Romawi non- Israel tidak akan termasuk dan (2) kematian Kristus akan sia-sia)

Oleh karena itu satu-satunya taktik yang digunakan Paulus untuk memuluskan menggiring para penyembah berhala masuk ke ajaran Kristennya, dia harus menyingkirkan hukum Taurat yang dianggap menjadi penghambat.

Paulus beberapa kali berusaha merayu para pemimpin Gerakan Yesus di Yerusalem agar dia diterima masuk dalam gerakan tersebut untuk
memberitakan ajaran Yesus kepada umat Yahudi di perantauan serta kepada orang-orang Romawi, Namun keinginannya ini selalu kandas, karena Pemimpin Gerakan Yesus di Yerusalem, Yakobus (adik Yesus), tahu persis bahwa kalau Paulus diterima dalam gerakan ini akan mencemari ajaran Taurat dengan ajaran penyembah berhala.

"Tetapi mereka mendengar tentang engkau, bahwa engkau mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa: Sebab engkau mengatakan supaya mereka jangan menyunatkan anak- anaknya dan jangan hidup menurut adat-istiadat kita." (Kisah Para Rasul 21: 21)

Ini dipertegas oleh pernyataan
Max I. Dimont, Professor Sejarah Yahudi di Amerika Serikat dan Kanada dalam bukunya "Jews, God and History" pada halaman 146.

"Twice he had appealed to the Apostolic Church in Jerusalem to make him an apostle, and twice it had refused him this honor. Then he had a quarrel with James, the brother of Jesus, about the procedure in converting pagans"

(Dua kali dia (Paulus) memohon kepada Pemimpin Jemaat (Yakobus) di Yerusalem agar dia diterima menjadi rasul, dan kedua- duanya ditolak. Kemudian dia juga bertengkar dengan Yakobus, saudara Yesus, tentang prosedur menerima para penyembah berhala masuk dalam Gerakan Yesus).
Namun ternyata Paulus tidak patah hati dengan kegagalan menghadapi umat Yahudi dan para pemimpin Gerakan Yesus di Yerusalem. Targetnya kemudian diarahkan kepada para penyembah berhala di kerajaan Romawi dengan memodifikasi Gerakan Yesus untuk orang Yahudi, menjadi Gerakan Kristen untuk para penyembah berhala di kerajaan Romawi. Perhati-kan penjelasan Dimont selanjutnya di halaman 147:

Since the Jews would not have Christianity, Paul took it to the pagans To make it easier for them to join his new religion, he make a second decision, that of abandoning Jewish dietary laws and the rite of circumcision. His third decision was to substitute Christ for the Torah, and this was the most crucial one, for it cause the final and unalterable break
between the Father and the Son Religion."

(Karena orang Yahudi tidak memiliki ajaran Kristen (yang diajarkan Paulus), Paulus kemudian membawanya kepada penyembah berhala. Untuk memudahkan mereka bergabung dalam agama barunya ini, dia membuat keputusan kedua, yakni menghapuskan hukum Taurat yang (mengharamkan babi) serta keharusan bersunat. Keputusannya yang ketiga adalah menggantikan hukum Taurat dengan diri Yesus, dan ini merupakan keputusan yang sangat genting, karena menyebabkan pemisahan abadi dan tidak tergoyahkan antara agama yang menyembah Bapa - dan agama yang menyembah Anak - Yesus Kristus).
Paulus saat itu mengabdi untuk orang-orang Romawi, sehingga Injil yang dia tulis bukan untuk orang- orang Yahudi, tetapi untuk menyenangkan para penyembah berhala di Kerajaan Romawi. Dimont menambahkan di halaman yang sama dari bukunya:

"The account of the history of Christianity in the Pauline Epistles and the Gospels, especially as the latter relate to the trial of Christ, become understandable now that we realize they were written not for the Jews but for the pagans. . . It is understandable that neither Paul nor the Gospel writers would want to antagonize those whom they were seeking to convert or anger the rulers whom they had to mollify, especially since they could be punished for such ofenses by being thrown to the lions or being crucified head down"

(Cerita tentang sejarah Kristen dalam Surat-surat Paulus dan Injil, terutama yang terakhir sehubungan dengan penangkapan Kristus (Yesus), menjadi jelas dan kita sadari sekarang bahwa (Surat-surat dan Injil-injil) tersebut bukan ditulis untuk orang-orang Yahudi, tetapi untuk para penyembah berhala. . . Dapat dipahami bahwa baik Paulus maupun para penulis Injil tidak ingin menentang (ajaran) mereka yang ingin dipengaruhi (para penyembah berhala), atau membuat marah para penguasa (Romawi) yang ingin mereka rayu, terutama karena mereka dapat dihukum bila (mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan kepercayaan penyembah berhala) yang dapat berakibat mereka dijadikan mangsa bagi singa atau disalib dengan kepala terbalik).

Itulah sebabnya mengapa paulus berusaha menghapuskan hukum taurat

Reverense
Frank Thielman book.S Paul and the Law

Max I. Dimont, Professor of History of Jews in the United States and Canada in his book "Jews, God
and History"

book DR. H. Sanihu Munir, SKM, AN MPH.

Christian Theology books

Wilson in his book "The Mind of Paul the Apostle Ralph Edward Woodrow in his book Babylon Mystery Religion

Henry Chadwick, Religious Professor at Oxford and Cambridge University, in his book The Early
Church, John Davidson, of Cambridge University
in his book The Gospel of Jesus

Wassalam